Kamis, 07 Oktober 2010

PERPUSTAKAAN BAITUL HIKMAH JILID II

Nama Baitul Hikmah mungkin sudah tidak asing lagi di telinga kita, khususnya bagi orang-orang yang sering membaca sejarah Islam. Sebab nama ini adalah nama perpustakaan besar Islam pada zaman Daulah Abasiyah. Perpustakaan itu dirikan oleh Al-Makmun, khalifah yang sangat cinta terhadap ilmu pengetahuan. Namun kemudian perpustakaan ini di hancurkan oleh serangan bangsa Mongol, sehingga perpustakaan ini sekarang tinggal kenangan manis saja.

Di lingkungan MA Al-Khairiyah Karangtengah, sekarang ada perpustakaan bernama “Baitul Hikmah”. Mungkinkah ini adalah generasi baru dari Baitul Hikmah Al-Makmun? Ataukah memang karena hanya kebetulan dan kesamaan nama saja. Ini penting untuk dipersoalkan, karena penamaan terhadap sesuatu harus dipertanggungjabkan.

Tidak bisa di pungkiri, nama Baitul Hikmah memang di ambil dari nama perpustakaan terbesar dalam Sejarah Islam tersebut. Dengan harapan bisa mengulang kebesaran dan kejayaan perpustakaan tersebut. Sebagaimana Baitul Hikmah Al-Makmun yang dibangun atas rasa cintanya kepada ilmu pengetahuan kemudian terbukti menjelmakan kemajuan pesat peradaban Islam saat itu. Maka, Baitul Hikmah Al-Khairiyah Karangtengah didirikan mengharap keberkahan yang sama dengan Baitul Hikmah-nya Al-Makmun. Dengan belajar dari pengalaman pahitnya, untuk tidak dapat diruntuhkan oleh pihak yang resah dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan kesadaran hikmah.

Berawal dari sumbangan buku dari Departemen Agama, yang sebenarnya bukan untuk yang pertama kalinya. Tetapi, pada sumbangan-sumbangan sebelumnya tidak dimenej dengan baik. Sehingga berlahan namun pasti, buku-buku itu hilang dari rak buku.
Belajar dari pengalaman itu, pada pertengahan 2009, tidak mau mengalami kejadian yang sama, buku-buku kiriman dari Departemen Agama itu mulai di urus dan di menej dengan baik dan di kembangkan menjadi sebuah perpustakaan. Sebab, kalau perpustakaan itu hanya tempat buku saja, tanpa dimenej dengan, tidak ubahnya berfungsi sebagai gudang buku.

Sebenarnya pihak madrasah dari dulu sudah memprogramkan adanya perpustakaan ini, bahkan sudah ada petugas khusus yang di-SK-kan, akan tetapi, entah karena apa, petugas-petugas itu, tidak ada merealisasikannya.

Menurut Bapak Ayatulloh, karena ini sudah merupakan salah satu program kurikulum, maka mulai tahun pelajaran 2009-2010, perpustakaan ini di efektifkan fungsinya dengan melengkapi administrasi-administrasi yang dibutuhkan. Seperti, katalogisasi buku, buku daftar pengunjung, nomor induk buku (daftar koleksi buku), dan pembukuan yang lain. Hasilnya, buku-buku kiriman dari Departemen Agama tidak lagi hilang, malah sebaliknya, bahkan setelah di sosialisasikan, banyak alumni dan para siswa yang menyumbangkan buku sehingga koleksi buku Baitul Hikmah semakin bertambah banyak.

Sampai saat ini, sumbangsih alumni paling banyak diterima dari Anwar Syuaib yang sekarang tercatat sebagai mahasiswa di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, sebanyak 75 buku.

Semoga perpustakan ini akan menjadi lebih besar, kalau bisa lebih besar dari madrasahnya. Agar bisa memberikan manfaat atau bisa diakses oleh masyarakat umum, khususnya pelajar di Kota Cilegon. Ini penting, karena sejarah membuktikan semua peradaban besar terlahir dari kesadaran membaca dan membukukan pengetahuan untuk kemudian diwariskan kepada generasi berikutnya.

Bulletin Ciplukan edisi 3
15 Februari 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar